Dalam laman ini saya akan mencoba untuk menampilkan sedikit tulisan-tulisan karyaku yang sudah dapat dinikmati melalui Majalah FIKSI maupun yang belum diekspose. Tulisan ini semoga dapat menjadi bahan shearing bagi pengunjung blog ini.
Organisasi Sebagai Tempat Pendewasaan Pola Pikir
Setelah pelantikan pada tanggal 01 September 2009, pengurus Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Keguruan Universitas Pancasakti Tegal atau yang biasa disebutkan dengan menggunakan singkatannya saja yaitu HMPS PBSID UPS Tegal sudah harus berhadapan dengan Pekerjaan Rumah(PR) yang sangat kompleks. Pekerjaan Rumah yang ditinggalkan oleh kepengurusan HMPS PBSID periode sebelumnya seakan menyisakan masalah seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja.
Dari berbagai macam Pekerjaan Rumah yang ada, jelas terlihat yang sangat menghawatirkan adalah pada unsur etos kerja bagi seluruh pengurus HMPS PBSID. Etos kerja yang selama ini seakan berjalan tanpa ada alur yang jelas mengakibatkan setiap diri pengurus tidak terpatri rasa loyalitas yang tinggi terhadap Program-program HMPS PBSID ini. Dengan demikian dapat ditebak program-program yang seyogyanya dapat dijalankan dengan baik akan berbalik lambat bahkan tidak terlaksana.
Permasalahan etos kerja diri pengurus, sebenarnya sudah menjadi benang kusut dan merupakan permasalahan rutin pengurus HMPS sebelum periode sekarang ini. Apabila tidak segera dirunut ujung pangkalnya maka akan berdampak fatal terhadap keberadaan HMPS PBSID ini. Permasalahan yang bila diurut dan diusut secara sembarangan malah akan menjerat dan akan semakin sulit untuk melepaskannya.
Untuk itu, sebagai ketua HMPS PBSID terpilih saya akan berusaha bekerja bersama tim kerja untuk menilik serta mencari solusi yang tepat terhadap permasalahan tersebut. Reshuffle terhadap pengurus mutlak saya jalankan. Dengan memberi kesempatan kepada mahasiswa semester III untuk lebih mendominasi kursi kepengurusan adalah langkah pertama untuk memotong akar rumput permasalahan. Sehingga dengan melalui sidang yang begitu ketat, maka terbentuklah susunan kepengurusan HMPS PBSID FKIP UPS Tegal periode tahun 2009 – 2010.
Dengan didominasi oleh orang-orang yang nota bene-nya baru memasuki dunia ke-organisasian di dalam kampus, saya berharap pemikiran-pemikiran baru, ide-ide kreatif baru, semangat baru, serta budaya berorganisasi yang baru segera tercipta. Sehingga peran organisasi sebagai wadah dalam proses pendewasaan pola fikir serta kematangan sikap mahasiswa dapat terwujud dengan baik.
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu ditekankan dalam berorganisasi
1. Sikap Para Pengurus Organisasi
Sikap para pengurus merupakan landasan pokok berjalannya suatu organisasi. Adapun sikap-sikap yang harus dipehatikan antara lain
1.1 Loyalitas
Didukung dengan sikap loyal yang tinggi terhadap organisasi, maka segala program-program organisasi akan dapat dilaksanakan dengan menyeluruh. Meskipun dalam prosesnya pastilah terbentur dengan kendala-kendala yang tidak sedikit. sikap loyal akan menjadi komponen utama dalam terlaksananya program dikarenakan dengan sikap loyal, program yang tadinya merupakan teori akan dengan mudah dibuktikan dalam bentuk kerja yang nyata.
Loyalitas juga dapat membunuh jiwa-jiwa komersil dalam diri setiap pengurus organisasi. Banyak kasus ditengah masyarakat bahwa sering kali orang yang mempunyai kedudukan sebagai pengurus organisasi mereka mencari kesempatan untuk mereguk untung disetiap kegiatan. Sungguh kondisi yang sangat memprihatinkan di suatu Negara yang sedang mencari kepercayaan public pada tataran Negara-negara maju dunia. Apalagi hal tersebut terjadi di kalangan kampus, yang notabene-nya merupakan tempat untuk mendidik generasi kritis penerus bangsa.
Untuk itu bagi siapa saja yang menggunakan organisasi sebagai alat untuk mencari keuntungan pribadi, maka perlu dipertanyakan kembali sejauh mana tingkat loyalitasnya terhadap organisasi. Ukuran loyalitas sesorang akan berbanding lurus dengan apa yang dia niatkan, apabila niat berorganisasi untuk mencari keuntungan, maka nilai loyalitasnya berbanding lurus dengan seberapa besar jumlah pendapatan yang ia peroleh dalam organisasi.
1.2 Etos Kerja Tinggi
Selain loyalitas tinggi dalam berorganisasi diperlukan juga etos kerja tim yang kuat. Etos kerja yang lebih mudah dipahami sebagai prinsip kerja ini merupakan faktor vital dalam organisasi. Apabila loyalitas tinggi tapi etos kerja rendah maka program akan berjalan lambat mungkin seperti yang digambarkan oleh filsafat orang Jawa yaitu alon-alon waton kelakon atau biar lambat asal selamat.
Dalam organisasi prinsip tersebut sangatlah tidak relevan dengan kepentingan program yang seharusnya dituntut cepat, tepat, akurat, manfaat dan selamat. Sikap yang kedua ini merupakan kontrdiktif bagi siapapun yang senang mengandalkan orang lain. Karena, etos kerja yang tinggi merupakan cerminan budaya hidup orang-orang maju dan berwawasan kedepan.
Dalam etos kerja yang tinggi terdapat prinsip yang menarik. Contohnya prinsip Ki Hajar Dewantoro yang berbunyi “Ing Ngarso Sung Tuladha” yang mempunyai makna filosofi “berdiri di depan harus bisa menjadi contoh”. Intinya siapa saja yang diberi tanggung jawab haruslah bisa memberikan hasil yang maksimal, sehingga bisa menjadi contoh yang baik bagi yang lain.
1.3 Tanggung Jawab
Selain mempunyai loyalitas dan etos kerja yang baik, dalam setiap organisasi dibutuhkan tanggung jawab yang tinggi. Bila tidak ada tanggung jawab yang tinggi niscaya segala pekerjaan akan dengan mudah terbengkalai. Dengan kata lain tidak akan sampai pada tujuan organisasi.
Tanggung jawab mengendalikan semua peranan-peranan penting dalam organisasi. Sehingga setiap pengurus organisasi, bekerja dengan keahliannya masing-masing dalam arti lain sesuai Tupoksinya masing-masing.
1.4 Disiplin
Dari sekian sikap yang dijelaskan di atas, sikap Disiplinlah yang utama dan terutama. Karena disiplin akan menumbuhkan sikap-sikap yang tertera di atas. Artinya disiplin membawahi segala sikap dalam berorganisasi. Dari sikap disiplin maka akan tumbuh tanggungjawab yang tinggi, etos kerja pun akan tergembleng dengan baik, juga akan menumbuhkan rasa loyalitas yang tinggi terhadap organisasi.
Segala kegiatan akan terlaksana dengan baik dan sesuai rencana jika setiap pengurus organisasi tertanam disiplin yang tinggi. Itulah mengapa disiplin merupakan hal yang utama dan terutama dalam deretan sikap-sikap yang harus dimiliki pengurus organisasi.
2. Tujuan Organisasi
Dalam berorganisasi, hal yang perlu digaris bawahi adalah tujuan organisasi . karena, tujuan orgaisasi tersebut akan menentukan arah dan langkah dari suatu organisasi. Organisasi akan berjalan pada rel-nya apabila mempunyai tujuan yang jelas dan terarah.
Ada kemungkinan-kemungkinan yang membuat organisasi berjalan stagnan atau bahkan mandul. Dalam arti lain tidak bisa menyelesaikan program-programnya dengan baik dikarenakan para pengurusnya tidak mengindahkan tujuan semula organisasi tersebut didirikan atau dibentuk.
Sehingga tujuan organisasi dibentuk harus jelas dan dapat dijadikan sebagai pakem dalam meletakkan konsep-konsep yang akan diprogramkan. konsep-konsep dalam organisasi akan dapat termanifestasikan dalam bentuk langkah-langkah konkrit apa bila searah dengan tujuan dibentuknya orgnaisasi.
3. Program
Organisasi akan disebut eksis apabila mempunyai program-program yang dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan target tujuannya. Untuk itu, program dalam organisasi bisa disebut kerangka tubuhnya sedangkan sikap dan tindakan pengurus ataupun anggota-anggotanya merupakan ruh dalam organisasi. Dengan demikian keduanya harus seimbang dan saling mendukung.
Program yang baik adalah yang direncanakan dengan matang dan tidak tergesa-gesa. Pepatah bilang lebih tepat lebih baik, apabila mungkin maka lebih cepat lebih baik. Artinya dalam setiap pengajuan program harus dapat dengan persetujuan forum dalam organisasi, tidak mengutamakan kepentingan-kepentingan pribadi dari setiap pengurus organisasi tersebut.
4. AD/ART
Sesuatu yang urgent dalam organisasi adalah yang disebut AD/ART, dengan konsep organisasi akan terlaksana riil apabila AD/ART mendukung. Untuk itu dibutuhkan ahli-ahli administrasi dalam suatu organisasi untuk mengatur dan meletakan dasar-dasar AD/ART.
5. Laporan pertanggungjawaban ( LPJ )
Laporan pertanggungjawaban ( LPJ ) mutlak harus diadakan dalam organisasi, bertujuan untuk mengevaluasi program, juga sebagai sarana untuk meletakkan program selanjutnya agar bisa berjalan dengan lebih baik lagi. Di samping itu, LPJ juga merupakan alat untuk mengontrol AD/ART pada setiap organisasi.
Demikianlah paparan tentang organisasi yang baik dan sehat semoga bisa menjadi dasar atau landasan teori pendewasaan pola fakir bagi siapa saja yang bekecimpung dalam dunia organisasi. Untuk itu sebagai ketua HMPS PBSID FKIP UPS Tegal periode 2009/2010, saya menghimbau kepada semua jajaran dan anggota saya untuk dapat belajar menjadi pengurus HMPS yang bajik dan bijak, yang eksis dan konsis, yang kritis dan sinergis.
Sebagai penutup, saya mengucapkan terimaksih kepada segenap keluarga besar mahasiswa PBSID FKIP UPS Tegal. Yang telah memberi kepercayaan penuh kepada saya untuk menjadi ketua HMPS PBSID FKIP UPS Tegal. Dengan semangat kebersamaan, mari kita wujudkan cita-cita PBSID FKIP UPS Tegal untuk menjadi program studi terbaik di UPS Tegal juga berwibawa di mata universitas-universitas yang lain. ( HMPS-FKIP-UPS Tegal, 2009/2010 ).
“INTERNAL”

Mulai dari group band dengan corak aliran musik pop, clasik, alternative, slow rock, punk, rock n’ roll bahkan sampai group band yang mempunyai aliran musik cadas, metal ataupun underground.
Ternyata banyak corak merupakan alat efektif untuk menjadi ajang pencarian jati diri para pemain musik. Begitu juga bagi para mahasiswa UPS Tegal ini, Mahasiswa UPS juga sangat antusias sekali dalam menyikapi fenomena zaman ini. Tidak terkecuali, hampir semua jurusan di setiap fakultas yang ada di universitas ini mempunyai group band, tidak hanya satu bahkan ada satu jurusan di salah satu fakultas yang mempunyai lebih dari tiga group band.
Contoh riil saja jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah yang notabene-nya adalah wadah persatuan kita ini sebagai anak-anak Bahasa. Program studi ini mempunyai begitu banyak group band baik dari kelas pagi ataupun kelas sore. Salah satunya adalah group Band “Internal” yang di gagas oleh mahasiswa PBSID kelas sore. Di lihat dari umur, Band ini terbilang muda karena baru dibentuk pada tanggal 8 september tahun 2007 sekitar awal bulan puasa.
Dengan digawangi oleh Arton sebagai vokalis, Ferry pemain gitar I (melody), Edoy Pemegang Bass, Tyo pemegang Ritme sekarang digantikan oleh Ady, dan Ubay sang penggebuk drum yang sangat lincah. Di awali dari rasa iseng mahasiswa semester 1 kelas D pada waktu itu (sekarang mereka sudah duduk di semester 5). Kemudian mereka mencoba mencari penyaluran hobi yang mereka punya dengan cara menyewa rental musik setiap minggunya. Setelah dirasa kompak maka mereka mencoba mencari nama sebagai identitas group tersebut. Diawali dengan memilih nama “Satelit”, karena tyo sebagai ritme keluar maka sontak mereka mengganti nama menjadi “Parafrase”, dirasa kurang nyaman maka nama diganti lagi dengan “Internal”.
Dengan modal lagu-lagu yang dibuat sendiri, kualitas “Internal” baik dari kreatifitas juga warna musik tidak kalah dengan band-band yang sudah lebih senior. Terbukti “Internal” langsung memberanikan diri ikut event yang diselenggarakan oleh KAMUS ( Kamar Music ) yakni pada acara Kafe Musik yang di selenggarakan Pada pertengahan awal 2008. dari acara tersebut “Internal” semakin mempunyai rasa percaya diri yang bagus. Sehingga tawaran-tawaran manggung pun tidak pernah ditolaknya. Mulai dari tawaran manggung di salah satu SMA di kabupaten Brebes juga sekolah-sekolah di Kecamatan Surodadi kabupaten Tegal.
Kesimpulanya group band “Internal” merupakan salah satu contoh positif karya anak-anak PBSID dari sekian banyak potensi yang belum ter-ekspose di Prodi PBSID yang kita banggakan ini. Untuk semester 1, dan III ini merupakan tantangan bagi kalian agar dapat menunjukan bakat dan kreatifitas kalian sebagai ajang perekat persaudaraan juga sekaligus ajang untuk mengembangkan hobi dan bakat terpendam. So bagi kamu-kamu yang mengaku punya keahlian di bidang musik, ayo…! Gabung. Tunjukan kalau kalian bisa lebih baik dari “Internal”. Bravo music….(arton/v.d)
Sastra dalam pemahaman awam, identik dengan proses kelahiran imajinasi seseorang ke dalam bentuk karya materi. Ia adalah karya kreatif yang mungkin lahir dari keseharian atau yang hanya terbetik dalam benak kaidah-kaidah dan sesuai pada hukumnya sendiri, yakni struktur sastra.
Membangun Sastra Beradab
Oleh : Akhmad Kartono
Batasan kebenaran dalam sastra menjadi sangat absurd, ketika yang tersaji di dalamnya hanya berdasarkan keyakinan dan pendirian pengarang-nya. Akan tetapi, ia juga bisa menjadi kebenaran absolute, bila yang tersaji di dalamnya berdasarkan penerjemahan factual yang tersampaikan secara jujur. Barangkali, perbedaan tentang kandungan kebenaran dan ketidakbenaran sastra merupakan hal yang setipis kulit ari.
Keinginan seseorang membaca dan memahami karya sastra sering disebabkan oleh keinginan mencari kepuasan batiniah dan emosionalnya. Ketika ia ingin terhibur dengan sesuatu yang terasa lain dari kenyataan hidup, ia sering mendapatkan itu dalam kesusastraan. Pemenuhan kebutuhan ruang yang kosong dalam dalam pengembaraan jiwanya akan keindahan serta ekspresi ritmik kehidupan, pergolakan batin, dan kadang rasa ingin tahu menggiring seseorang menikmati karya sastra. Untuk itu, karya sastra betul-betul merupakan salah satu pilihan dari sekian banyak alternatif yang disuguhkan dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
Dalam kacamata Jalaludin Al-Rumy, karya sastra merupakan saripati kehidupan yang telah diolah dan diramu sedemikian rupa dan dibentuk sesuai dengan struktur hukum sastra itu sendiri, yang kemudian pada hakikatnya membentuk bangunan yang indah dan estetik. Terlepas dari siapa pun yang merangkainya, apakah dia anak kecil, remaja, dewasa atau orang tua sekalipun. Tidak ada batasan yang menyekat, sebuah karya sastra lahir dalam kurun keseharian manusia.
Dalam kilas balik kesusastraan nusantara, ada benang merah yang berkesinambungan dari setiap babak perjalanan sejarah sastra. Akan tetapi, pengaruh keterbukaan informasi dan teknologi telah memberi warna yang kental dalam perubahan entitas karya sastra setiap angkatan. Zaman Balai Pustaka dan zaman-zaman sesudahnya memahami betul tradisi dan hukum sastra yang berlaku pada zaman sebelumnya. Setiap zaman selanjutnya pun memacu diri mencari warna kreatifitas dari sumur sastra dunia yang modern, yang melahirkan bentuk sastra tanpa ikatan-ikatan bentuk sebelumnya.
Sastrawan angkatan ’45 yang sarat dengan pergolakan sosial, lebih banyak belajar tentang nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Mereka tidak menyibukkan diri dengan klaim-klaim kepemilikan zaman, karena mereka menyadari dan mengetahui bahwa banyak sastrawan dunia yang berkarya pada usia lanjut. Pada usia lanjut, mereka justru melahirkan karya kreatif yang lebih matang.
Fenomena ini kemudian membuat banyak penerus belajar dari angkatan ini dan menimba ilmu juga dari pengarang-pengaran dunia yang lebih muda. Sastrawan tahun 70-an dan 80-an mengalami gejolak sosial yang berbeda dengan angkatan-angkatan sebelumnya. Angkatan-angkatan ini menjadi angkatan yang lebih terbuka terhadap pengaruh sastra dunia, karena ada pemahaman mendalam tentang pengaruh globalisasi informasi yang melanda dunia sehingga pengaruh aliran-aliran kesusastraan asing seolah menjadi titik terbendung.
Akhirnya, hal ini melahirkan irama estetik tersendiri dari kesusastraan modern. Ada sebuah nilai kemanusiaan yang bisa kita cermati dari proses terbentuknya estetik seni dari setiap angkatan, selain kita bisa melihat benang merah yang jelas, juga dari segi pengungkapan bahasa. Setiap angkatan mengadakan pembaruan atas nilai-nilai yang lama tanpa berusaha menghancurkan yang sudah pernah ada karena tidak sesuai lagi dengan zaman.
Kesadaran akan penghargaan karya setiap angkatan yang mewakili zamannya, diekspresikan dalam bentuk penghargaan manusiawi terhadap karya-karya angkatan terdahulu. Misalnya karya-karya Chairil Anwar dihargai secara monumental pada khasanah 90-an, dan semangat ini dijadikan sebagai sarana untuk menciptakan tradisi menghargai karya sastra dalam khasanah sastra nusantara.
Namun demikian di lingkungan kampus UPS khususnya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kajian Seni dan Budaya telah mencontohkan bahwa karya sastra dapat tercipta dengan tingkat peradaban yang baik. Dengan ikut serta mengisi event Remojongan Kesenian kota Tegal, KSB telah menunjukan sastra di Kota Tegal dalam nilai peradaban yang tinggi. Ditunjukan dengan pemilihan tema pementasan yang mengangkat tema Lir-ilir karya Sunan Kali Jogo, ulama yang juga sekaligus sastrawan terkemuka jauh sebelum angkatan Chairil Anwar mendapat penghargaan.
Dengan demikian penghargaan karya sastra selain bisa diberikan dalam bentuk riil seperti Chairil Anwar, karya sastra juga dapat diberi penghargaan dengan sikap untuk melestarikan karya sastra tersebut. Dengan kata lain karya sastra besar bukan dengan penghargaan fisik saja tapi bisa juga dengan menerapkan nilai-nilai atau pesan-pesan yang terkandung dalam karya sastra, kedalam jiwa dan gerak langkah para penikmat sastra.
Selain KSB, Lalat Pepes dan Teater AKAR UPS Tegal telah lebih dahulu turut memeriahkan keragaman seni sastra di kota Tegal. Tebukti dengan turut memeriahkan perhelatan besar para ahli bahasa dan sastra Indonesia dalam acara Pertemuan Ilmiah Bahasa Sastra Indonesia yang ke XXXI di UPS Tegal yang pelaksanaanya bertempat di OW Guci Kabupaten Tegal. Dengan demikian kota Tegal yang merupakan wilayah paling barat propinsi Jawa Tengah telah mencetak sastrawan-sastrawan yang mampu mengangkat nilai sastra lebih beradab.
Dalam kasusastraan, tidak ada istilah menang atau kalah; tidak ada istilah karya sastrawan muda lebih bermutu dari sastrawan tua hingga sastrawan tua harus turun gelanggang, atau sebaiknya. Dalam kesusastraan yang ada hanyalah pergulatan mengikuti irama zaman. Siapa yang tidak siap, ia akan tergilas oleh irama zaman atau terpinggirkan dari gelanggang kesusastraan.
Dikutip dengan pengubahan dari Netfirms Web Hosting, 2004